Rabu, 10 Desember 2008

SELF MANAGEMENT

MENGANALISA suatu prestasi yang diperoleh orang lain adalah suatu kegiatan yang menarik, untuk mengetahui lebih banyak lagi bagaimana keberhasilan itu dapat dicapai. Begitu pula beberapa waktu lalu, ketika saya tidak sempat untuk menyaksikan secara langsung suatu Pemilihan Putri yang diselenggarakan di salah satu hotel, dikarenakan saya harus menghadiri Syukuran Pernikahan atasan saya yang bersamaan waktunya. Akhirnya saya menitip pesan kepada adik saya untuk menyaksikan melalui televisi siapa yang terpilih, karena di antaranya ada beberapa teman yang cukup dekat untuk dijagokan.

Banyak yang berkomentar ‘’agak kurang puas’’ karena jagoannya tidak menang. Bertanyalah mereka. Koq bisa sih?

Memang tidak mudah untuk menentukan yang terbaik dari yang baik, apalagi semuanya sudah melewati standar atau ceritera yang telah ditetapkan seperti Brain, Beauty, dan Behavior yang memang disyaratkan secara mutlak dalam pemilihan seperti itu. Namun seandainya juri mengalami kasus kesulitan untuk menentukan kandidat juara karena nilai yang sama misalnya, maka variable lainlah yang akan berbicara termasuk di dalamnya self management.

Self management sebenarnya mengacu pada konsep mengelola pribadi diri sendiri, artinya kita menjadi subjek sekaligus objek. Sehingga merupakan yang lumrah, kalau aspek penilaian seringkali melibatkan sejauh mana kita sukses memenejemen diri selama ini. Cakupan mengelola diri tidak hanya terbatas pada mengelola waktu (time management), namun juga titik keseimbangan untuk diri pribadi yang menjadi objek, terutama mengelola perasaan akibat keterbatasan waktu. Sehingga kalau seseorang sudah bisa membagi waktu, ia pasti bisa juga membagi perasaannya.

Kembali lagi kepada si A tersebut. Saya gambarkan kepada adik saya, bahwa si A bukanlah seorang mahasiswi yang indek prestasinya di kampus selalu 4 tanpa cacat. Atau seorang yang ‘’sangat teramat’’ cantik sehingga menyilaukan mata, dalam hal ini sang adik telah menyaksikan sendiri di TV. Atau lagi seorang yang ‘’teruji’’ sikap dan kelakuannya selama ini dibanding orang lain. Bukan salah satu dari itu sekali lagi, namun lebih kepada pengelolaan dirilah kuncinya.

Si A adalah mahasiswi yang mengambil kuliah pada tiga perguruan tinggi pada saat yang bersamaan, di samping juga mengambil kursus bahasa asing di suatu lembaga. Dia juga aktif di kegiatan beberapa organisasi sosial dengan saya, juga mendalami hobby yang lain seperti modelling. Kadang-kadang bekerja paruh waktu pada sebuah event. Bahkan akhir Mei kemarin, baru saja terpilih sebagai duta untuk mewakili Yogyakarta dalam pertukaran pemuda antar negara. Di samping kegiatan lain khas anak muda seperti pacaran mungkin, kumpul bareng teman, ibadah, main dll.

Ternyata banyak sekali kegiatan yang dilakukannya dalam waktu yang hampir bersamaan. Dan semua itu tidak mungkin mencapai nilai yang sempurna, karena memang bukan itu tujuan dari menejemen pribadi. Menejemen pribadi lebih merupakan kiat untuk membentuk suatu sosok yang mumpuni dalam banyak hal dan segala kondisi, bukan sosok yang berkutat hanya pada satu hal saja dan menolak perubahan. Oleh karena itu, jadilah manajer bagi diri sendiri.

(sumber :
Akhmad Muftizar Zawawi S IP, PR PT Yarsilk Gora Mahottama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar